Laman

  • HOME
  • LOMBA BLOG
  • ARTIKEL
  • TUTORIAL
  • JUAL SUPERGREENFOOD

Curahan Hati Agoraphobia

Moocen Susan | Selasa, Maret 31, 2015 | 11 Comments so far
    Pasca kepulangan Bapakku ke Sorga, sementara adikkku masih tinggal di Blora menemaniku. Kelak adikku akan pergi kembali keluar kota dan aku akan sendirian di rumah. 

    Jujur aku masih belum siap ditinggal adikku. Berjuang sendiri melawan agoraphobiaku sungguh tidak mudah. Aku tahu adikku sangat tidak sabar ingin cepat kembali ke kotanya. Kadang ia kesal dengan sikapku yang kekanakan. Aku pun memakluminya. Memang tak mudah baginya dan juga bagiku. 

    Awalnya adikku memintaku tinggal bersamanya diluar kota. Namun aku yang phobia keramaian dan mudah lapar sedangkan tidak semua makanan bisa kumakan dengan bebas membuatku enggan pindah tempat tinggal. Apalagi tempat tinggal adikku jauh dari warung makan.

    Setiap hari aku melatih diriku untuk berani keluar rumah sendirian dengan berbekal HP dan air minum serta cemilan. Kadang untuk pergi ke tempat yang agak jauh, aku masih ragu-ragu. Seringkali aku meminta tolong adikku mengantarkanku, kadang ia pun tidak mau mengantarku karena menurutnya itu dekat sekali. 

   Tiba-tiba aku merasa sedih karena telah menjadi beban untuk adikku. Aku merasa takut sakitku yang dulu kumat lagi seperti ketika salah makan meski sudah dijaga, pingsan atau lemas di jam-jam tertentu. 

   Memang mandiri itu lebih menyenangkan karena tidak perlu bergantung kepada orang lain. Tapi aku sendiri tidak mengerti mengapa aku sampai merasa seperti anak kecil. Takut kemana-mana. Aku sadar pada akhirnya semua orang akan sendirian. Hanya saja bila tubuhku sehat mungkin aku tidak terlalu takut. 

   Aku takut karena merasa tubuhku mudah lemah dan sakit. Kadang orang bilang lebay, dan aku sangat sensitive dengan kata itu. Ya maklum, dia tidak ada dalam kondisi saya. Hanya orang yang pernah mengalami hal serupa yang bisa memahami rasa takut itu. Memang semua harus dihadapi. Ya saya tahu itu. Tapi untuk melakukannya butuh waktu dan keberanian. 

   Apa yang pernah kutakutkan memang benar terjadi. Aku sering melihat pengemis lansia atau pasien lansia yang datang ke rumah sakit sendirian dan itu menimbulkan pertanyaan dibenakku. Apakah aku kelak akan sendirian seperti itu bila tak menikah? Membayangkannya aku jadi sedih sendiri. Suatu hari aku opname di rumah sakit dan sendirian, ketika ada perawat yang mendatangiku dan menanyakan dimana keluargaku dan menagih biaya administrasi sebagai syarat dilakukannya perawatan tingkat lanjut aku begitu sedih dan takut. 

    Betapa pentingnya sebuah keluarga. Keluarga yang ditanya pertama saat kita diopname di rumah sakit. Tuhan sepertinya sedang melatihku menjadi lebih kuat jika sendirian. Kadang aku protes mengapa orang lain yang ditinggal orangtuanya diberi teman hidup sedangkan aku seakan dibuat seorang diri? Bahkan adikku tidak mau tinggal bersamaku. Bagaimana kalau aku sakit dan tidak ada yang menolong? Tiba-tiba aku menjadi kuatir dan sedih kembali. Seandainya Tuhan memberiku seorang teman. 

   Baiklah Tuhan, jika memang Engkau mengasihiku berikanlah aku kekuatan untuk menanggung semua ini. Biarlah damai sejahteraMU melingkupiku agar aku tak sedih lagi. Engkau tahu yang kubutuhkan. Engkau tahu bagaimana aku sangat berjuang melawan agoraphobiaku. Kuatkanlah aku menanti janjiMu agar aku tidak menjadi tawar hati.

Tuhan Maha Tahu

Moocen Susan | Minggu, Maret 29, 2015 | 4 Comments so far
Ketika kau sudah berusaha tetapi orang lain tidak menghargai usahamu. Tuhan tahu, biarlah orang itu tidak menghargaimu karena Tuhan akan kirimkan orang lain lagi yang dapat menghargai usahamu itu. 

Ketika kau sudah mengutarakan masalahmu dan orang lain tidak mau mengerti Tuhan tahu. Biarlah, karena hanya orang yang pernah mengalami hal yang sama yang dapat mengerti. 

Ketika kau jatuh cinta pada seseorang dan ia tak merespon Tuhan tahu. Biarkanlah mungkin ia bukan jodoh terbaik untukmu. 

Ketika kau sedang marah pada dirimu sendiri dan menyesali yang kau lakukan Tuhan tahu. Tidak apa-apa jika itu melegakanmu tetapi jangan terlalu marah hingga membuatmu kehilangan tujuan hidupmu. 

Ketika kau sedang berduka karena kehilangan orangtuamu Tuhan tahu, Tidak apa-apa pada akhirnya semua orang juga akan mengalami hal itu. 

Ketika kau sendirian dan merasa tubuhmu lemas Tuhan tahu. Beristirahatlah sejenak, jangan memaksakan diri. 

Ketika kau merasa gagal Tuhan tahu. Tidak apa-apa, kegagalan adalah awal dari kesuksesan ketika kau mau belajar dari kegagalan itu.

Ketika kau masuk ke kamar mandi dan menangis disana Tuhan tahu. Tidak apa-apa jika itu melegakanmu, tetapi jangan sampai air matamu kering dan itu tidak baik untuk penglihatanmu 

Ketika kau sedang tertekan dan ketakutan Tuhan tahu. Inilah saatnya lebih mendekat kepada Tuhan lebih lagi karena dalam Tuhan ada ketenangan dan damai sejahtera. 

Segalanya Tuhan tahu mengenai hidupmu. Lalu apakah Tuhan hanya berhenti pada kata “tahu”? Tidak. Dia sedang merenda kehidupanmu. Dia Tuhan yang mengatur segala sesuatu. Bahkan Dia memberikan apa yang menjadi kebutuhanmu tepat pada waktunya 

Bersabarlah sedikit lagi, Dia juga sedang menanti-nantikan waktuNya. Hingga waktu itu tiba tetaplah kuat dan jangan menjadi lemah karena orang yang kuat dan sabar menantilah yang akan menerima janjiNya itu. Jangan kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah segala permohonanmu kepada Bapa dalam doa dan ucapan syukur. 

Tulisan ini ditulis dalam rangka memotivasi diri sendiri dan orang lain yang bernasib sama.

Senyum yang Menguatkanku

Moocen Susan | Jumat, Maret 27, 2015 | 2 Comments so far
   Sejak bapak meninggal, agoraphobia saya kembali kumat. Saya mulai merasa takut bepergian kemana-mana sendiri. Namun, hari ini saya harus ke kantor pajak sendirian. 

   Awalnya sangat takut keluar rumah, takut pingsan, takut lemas dan kelaparan, oleh karena itu saya membawa bekal pisang. Mungkin kelihatannya lebay bagi orang normal, tapi saya merasa nyaman ketika ada pisang dalam keranjang sepeda saya. 

   Yang saya lakukan disaat takut itu adalah berbicara kepada diri saya sendiri. Jika sampai saya lemas/ pingsan di tengah jalan, maka saya akan berhenti dan sms adik saya. Maka ia akan datang seperti superman menolong saya. Itu membuat saya agak nyaman. Apa saya aneh menurut saudara? Mungkin. 

   Atau jika saya sedang naik sepeda dan takut maka saya akan bersepeda di belakang orang lain misalnya tukang becak seakan dia teman saya. Sehingga ketika saya jatuh saya akan panggil dia untuk berhenti dan menolong saya. Itu adalah modal saya untuk berangkat hari ini.

    Sampai di kantor pajak, benar sekali saya gemeteran, saya berkata-kata terlalu cepat dan keringetan apalagi melihat banyak orang antri laporan SPT Tahunan. Ketika saya minta formulir ke resepsionis, saya begitu panic hingga tak bisa menulis dengan benar. Saya terus bertanya kepada resepsionis apakah masih lama antrinya 

    Ketika saya buka lembar kedua, saya baru sadar kalau saya harus tempel materai disitu. Saya keluar lagi untuk beli materai, untung ada penjual materai dekat kantor pajak. Saya dapat nomor A27 sedangkan petugas loket masih melayani nomor A19. Masih ada waktu buat keluar beli materai. 

   Perasaan takut menghantui saya lagi tapi saya ga mungkin pulang kerumah sedangkan urusan belum beres. Dalam hati saya terus berkata "Tuhan Yesus aku takut..!". 

   Tetapi Tuhan menghibur dan menguatkan saya. Tiba tiba saya bertemu teman lama saya. Saya senang dan tenang ada orang yang saya kenal di dekat saya. Saya merasa aman.
 
   Pada saat saya keluar di luar pagar ada tukang becak tetangga saya dan dia tersenyum pada saya. Saya lebih nyaman. Terima kasih Tuhan saya merasa ada kekuatan lagi.

    Saya pun memakai waktu yang ada untuk beli materai keluar kantor. Ketika saya kembali ke kantor pajak lagi, ternyata sudah lewat 1 nomor dari giliran saya. Segera setelah petugas pajak itu selesai melayani nomor A28 saya langsung menerobos masuk karena saya nomor A27. 

   Petugas itu tersenyum kepada saya ketika melihat saya lari menuju mejanya. Saya menjadi lebih tenang dan aman. Hanya melihat senyumnya saya dikuatkan. Selama berbicara dengan saya yang super panic, dia terus tersenyum. 

   Saya tak menyadari urusan saya sudah selesai tapi saya sepertinya masih ingin berbicara dengannya. Ketika pulang ke rumah, saya merasa sangat gembira sehingga rasa takut itu sirna. Inilah perjuangan saya hari ini, perjuangan seorang agoraphobia. 

agoraphobia = orang yang takut keramaian.

Cara Autodebet BPJS BRI

Moocen Susan | Senin, Maret 23, 2015 | 9 Comments so far
   Biasanya setiap bulan saya membayar iuran BPJS (non-PBI) via ATM. Memang agak sedikit repot kalau pas antri rasanya agak kesusu-susu mencet tombol takut salah juga. 

   Tapi kali ini ada kabar baik, karena bayar iuran BPJS bisa melalui autodebet, jadi ga perlu repot ke ATM lagi :D Caranya mudah sekali, datang saja ke Customer Service BRI dan serahkan : 
  1. Kartu BPJS 
  2. KTP 
  3. Buku Tabungan BRI 
  4. Nomor HP yang bisa dihubungi 
   Setelah itu kita akan ditanya mau setiap tanggal berapa autodebetnya. Udah gitu aja, beberapa saat kemudian saya dapat SMS pemberitahuan dari BankBRI seperti ini : 
 
Pembayaran BPKSKS no. pelanggan 88888xxxxxxxxxxx 
setiap tanggal xx telah diaktifkan menggunakan 
layanan autopayment BRI.

Permohonan Perubahan Kartu Keluarga (KK)

Moocen Susan | Senin, Maret 16, 2015 | 12 Comments so far
    Setelah kemarin mengurus surat kematian dan pengembalian kartu BPJS bapak, kini saatnya memperbaharui Kartu Keluarga. 

   Aku dan adikku datang kembali ke kantor kelurahan untuk mengurus KK yang baru. Syaratnya cukup mudah, bawa KK asli yang lama kemudian mengisi formulir permohonan KK. 

   Setelah mendapat tanda tangan Lurah kemudian kami pergi ke kantor kecamatan untuk meminta tanda tangan pak Camat. Setelah dari kecamatan kami menuju kantor Catatan Sipil (Capil) 

   Ketika tiba di kantor Capil, kami menuju ke koperasi yang ada di depan kantor untuk membeli map kuning permohonan KK berisi resi dan formulir permohonan perubahan KK. Setelah itu berkasnya diberikan kepada petugas KK. 
  
    Setelah menunggu beberapa saat KK baru selesai dicetak. Setelah nama kita dipanggil serahkan resi permohonan KK yang sudah kita isi tadi.

Pengembalian Kartu BPJS

Moocen Susan | Senin, Maret 16, 2015 | Be the first to comment!
   Berhubung bapakku sudah meninggal dunia, maka kartu BPJS nya harus kukembalikan ke kantor BPJS.

   Keesokan harinya aku pergi ke kantor BPJS sambil menyerahkan Kartu BPJS bapakku, Fotokopi Surat kematian dan Bukti pembayaran iuran BPJS terakhir pada bulan tersebut. 

   Dengan demikian, tidak perlu lagi membayar iuran BPJS bapakku.

Prosedur Mengurus Surat Kematian

Moocen Susan | Senin, Maret 16, 2015 | Be the first to comment!
   Setelah usai pemakaman bapak, tugasku selanjutnya adalah mengurus surat kematian ke kelurahan. Dengan berbekal surat keterangan kematian dari dokter rumah sakit aku pergi ke rumah pak RT untuk meminta surat pengantar ke kelurahan bersama adikku. 

Berkas yang harus diserahkan, antara lain : 
  1. Surat pengantar permohonan dikeluarkannya surat kematian dari RT 
  2. Kartu Keluarga Asli 
  3. Surat keterangan kematian dari dokter 
     Hanya menunggu beberapa saat, surat kematian dari kelurahanpun jadi. Tak lupa difotokopi beberapa lembar dan dilegalisir untuk keperluan lain.

Persiapan Pemakaman Bapak

Moocen Susan | Sabtu, Maret 14, 2015 | 9 Comments so far
   Setelah Bapak dinyatakan meninggal dunia di ruang perawatan intensif rumah sakit, aku dan adikku terduduk lemas di lantai. Kemudian datang salah satu keluarga pasien ruang sebelah yang mengetahui hal itu, dan beliau menghibur kami sementara perawat menelepon mobil jenasah milik rumah sakit. 

    Memang tak banyak orang yang tahu bapak meninggal pagi itu karena kami berdua tidak menangis histeris, hanya lemas saja. Kami sudah ikhlas dengan kepergian bapak karena melihat penderitaan bapak selama seminggu itu. 

   Aku pergi ke ruang perawat dan mengembalikan beberapa obat yang terlanjur ku ambil dari apotik. Perawat itu hanya memintaku meninggalkan KTP agar besok pagi bisa kembali lagi untuk mengurus biaya administrasi. 

   Adikku menelepon salah seorang sopir gereja yang biasa mengantar jemput bapak dan ia datang bersama istrinya. Aku mengemasi barang-barang dan berjalan di belakang keranda dorong menuju mobil jenasah. 

    Adikku naik motor bersama sopir dan istrinya sedangkan aku naik mobil jenasah bersama sopir dan petugas pengangkat jenasah. Ketika hampir sampai di rumah ada tetangga kami yang masih terjaga yang melihat mobil jenasah lewat. Mereka berdua datang ke rumah kami dan membantu membereskan ruang tamu agar bisa dipakai untuk upacara pemberangkatan besok. 

    Pengurus gereja mulai dikontak satu persatu dan kami mengontak saudara-saudara bapak. Bapak dimandikan pagi itu juga dan peti, kursi, serta perlengkapan untuk upacara sudah siap. Banyak yang membantu kami mengurusnya. Aku kecapaian luar biasa karena hampir seminggu tidak pernah bisa tidur. Namun karena pagi itu mulai banyak tamu berdatangan, aku disuruh segera mandi oleh salah satu pengurus gereja. 

  Ketika saudara-saudara bapak mulai datang satu per satu, aku memutuskan untuk pergi sebentar mengurus biaya administrasi ke rumah sakit sekalian ambil KTP. Sesampainya disana, ternyata biayanya gratis dan KTPku dikembalikan bersama surat keterangan kematian dari rumah sakit. Untunglah ada BPJS, kami hanya membayar biaya mobil jenasah sebesar Rp.105.000,- 

   Setelah balik dari rumah sakit, aku sudah tidak kuat lagi. Aku langsung masuk kamar dan tidur. Adikku yang menyambut para tamu. Aku tidur hingga jam 12.00 WIB, bangun langsung makan siang dan mulai ikut upacara pemberangkatan jenasah serta ke makam menghantar jenasah bapakku. 

   Acara pemberangkatan dan pemakaman jenasah bapak berlangsung lancar meski hujan rintik rintik turun saat akan berangkat ke makam. Saat bapak dimakamkan muncul angin cukup kencang 3x. Jenasah bapak dimakamkan dengan baik disamping makam ibu dan nenek. Aku menabur bunga bersama adikku dan saudara saudara bapak lainnya. Semua orang menyalami kami dan mengucapkan belasungkawa.

Detik-Detik Terakhir Bapakku

Moocen Susan | Kamis, Maret 12, 2015 | 60 Comments so far
   Rabu, 4 Maret 2015 siang, bapak merasa badannya lemas. Memang akhir-akhir itu bapak sudah kehilangan selera makannya. Dan menjelang sore bapak semakin gelisah dan memintaku membawanya ke rumah sakit untuk opname. Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB. 

   Murid lesku sudah datang sedangkan kondisi bapak makin drop. Perasaanku tak enak maka segera aku bilang kepada orangtua murid lesku untuk menunda lesnya karena aku harus antar bapak opname. 

   Segera kusiapkan beberapa pakaian bapak dan pakaianku serta surat surat, obat-obatan bapak kemudian memanggil becak. Nafas bapak makin sesak dan lemas karena tidak ada asupan makan yang masuk ke lambungnya. 

   Aku menelepon adikku agar dia pulang ke Blora. Sampai di UGD, bapak langsung diperiksa tekanan darahnya dan diinfus. Sambil menunggu dipindahkan ke kamar pasien aku terus mendampingi bapak. Kulihat bapak sudah agak mendingan karena sudah diinfus. 

   Beberapa pasien masuk UGD dan ada 1 pasien yang baru masuk UGD sudah dinyatakan meninggal. Aku mendaftarkan bapak sebagai pasien rawat inap dengan menyerahkan kartu BPJS kepada petugas. Untung ga usah pake rujukan faskes 1. 

    Ketika bapak dipindahkan ke kamar pasien, ternyata di kamar itu ada 4 bed yang kosong, di kamar itu pasiennya cuma bapak. Jadi lebih tenang. Kira-kira jam 9 malam adikku baru datang ia capek karena naik motor sendirian dalam keadaan hujan deras. Karena aku kasihan adikku, maka yang menjaga bapak di malam hari cuma aku, sedangkan adikku bertugas belikan aku makan dan pulang ke rumah mencuci baju bapak dan aku. Adiku ga kuat kalau ga tidur semalaman maklum dia kerja keras juga.

   Sejak diinfus bapak masih belum mau makan. Dan yang terjadi berikutnya adalah bapak mengeluh pengen BAK dan BAB sekaligus. Jadi aku bolak balik antar bapak sambil pegang infus ke toilet di kamar pasien. Aku sudah memberitahu perawat apa tidak dipasang selang kateter aja biar bapak ga capek bolak balik toilet? Tapi perawatnya bilang dokter belum datang jadi nunggu besok diperiksa dokter dulu baru dipasang selang. Akhirnya bapak harus mencoba bertahan dalam semalam 15x bapak bolak balik toilet. Sedangkan beliau susah BAB maupun BAK. 

    Esok harinya dokter datang dan memeriksa bapak. Barulah dokter menyuruh pasang kateter dan merencanakan USG. Di awal dipasangi kateter air seni bapakku lancar dan berwarna kuning. Tetapi kemudian bapak mengeluh sakit saat BAK. Ternyata ada pendarahan di air seninya. Aku segera melaporkan pada perawat. Tapi perawat bilang itu mungkin karena bapakku kurang minum air putih. Dan perawat menyuruhku sementara mengompres dengan air dingin di perut bawah bapak dekat kelaminnya. 

    Dalam kesakitannya bapak menyanyi lagu"Yesus Juruselamatku kutunggu datangMu." Itu saja yang diucapkannya berkali kali. Ketika kutanya bapak dimana ini? Bapak bilang ini di gereja, kadang bilang ini di rumah, bapak mau pake sepatu atau sandal? Pengen kerumah sakit? Padahal sudah di rumah sakit dan diopname. Dan sekali lagi kami harus menunggu dokter memeriksa bapak keesokan harinya. Aku cuma berharap besok segera dilakukan USG agar ketahuan penyakit bapak.

    Memang dulu bapak pernah kena infeksi/ pembengkakan prostat. Tapi sayang, dokter yang kemarin memeriksa bapak tidak datang dan digantikan dokter jaga. Waktu saya tanya kapan bapak bisa di USG? Dokter itu malah menunda rencana USG, katanya karena bapak masih sesak nafas kondisinya tidak memungkinkan untuk di USG. Jadi? Haruskah menunggu bapak stabil nafasnya? Kapan? 

   Setiap hari bapakku memang sesak nafas. Aku tidak tega melihat bapak makin menderita karena pendarahan dan sakit waktu pipis. Aku merasa gelisah dan akhirnya menanyakan ke perawat bukankah kemarin dokter yang pertama menjadwalkan USG? Lalu kenapa dokter jaga ini malah menunda? Kesal campur gelisah, aku mendesak perawat untuk segera mengonfirmasi kepastiannya. Perawat bilang memang sudah diajukan ke bagian USG, menunggu dokter USG datang. 

   Lega aku rasanya. Setelah beberapa saat perawat meminta bapak untuk minum air yang banyak sebelum USG. Dengan semangat aku membantu bapak minum air putih. Aku berharap semoga cepat ditemukan solusinya. Bapak masih kesakitan dibawa keruang USG. Dokter USG langsung datang dan mulai melakukan USG. Perut bapak diberi semacam gel dan terasa dingin. Sakit bapakku mulai berkurang dan setelah USG selesai, aku agak lega karena air seni bapakku kembali normal. 

    Sejak itu aku selalu menyuruh bapak minum air putihnya tapi bapak kembali malas minum dan juga makan. Setiap buang air kecil bapak mengeluarkan keringat berlebihan dan suhu badannya dingin (34 derajat C). Aku mulai panik, dan melaporkannya pada perawat. Sekali lagi jawaban perawat kami disuruh menunggu dokter memeriksa besok. Aku ga sabar, ku SMS dokter yang pertama melaporkan keluhan bapak. Tapi dokter pertama malah menyuruh melaporkan ke dokkter jaga besok. Dan ketika dokter jaga datang, agak kaget karena bapak sudah di USG. Sempat berdebat agak panjang dengan dokter karena aku hanya ingin bapakku cepat mendapat perawatan yang tepat setelah di USG. 

   Jawaban dokter jaga membuatku agak jengkel, dia bilang yang terpenting sekarang mengobati sesaknya dulu, prostatnya itu ga terlalu penting padahal sudah pendarahan gitu. Aku sempat ingin meminta second opinion dokter bedah urologi yang dulu merawat bapak. Tapi dokter jaga bilang, nggak bisa sak dek sak nyet gt, kondisi bapak tidak memungkinkan untuk dioperasi. Toh katanya pembengkakan prostatnya tidak terlalu parah. Apa ga terlalu parah? sudah pendarahan bilangnya ga terlalu parah? Loh aku kan ga minta bapak dioperasi, aku minta bapak dikasih obat untuk infeksinya. 

   Dokter itu bilang kalau mau ganti dokter prosedurnya harus pulang paksa dulu baru daftar lagi dengan status ganti dokter bedah. Aku pikir itu makan waktu, maka kuputuskan untuk manut dokter jaga ini dan akhirnya bapak diberikan injeksi antibiotik untuk prostatnya. Kondisi bapak semakin memburuk. Ditambah lagi perawat ngasih obat salbutamol yang biasa dosisnya ½ jadi 1 tablet. Aku ingat dokter spesialis paru bapak di semarang pernah bilang kalau dosisnya kebanyakan bisa ga kuat jantungnya. Untung sebelum aku minumkan ke bapak aku konfirmasi ke perawat, kemarin dosisnya ½ kok jadi 1 setelah diteleponkan dokter dikasih ½ lagi. 

   Keesokan harinya perawatnya beda lagi dan ngotot kalau dari UGD dosisnya 1. Ini mulai bikin aku merasa ada yang ga beres. Setiap bapak mau pipis keringat dingin mulai bercucuran lagi, darah terus ada di air kencingnya. Aku tak tega lagi karena bapak juga mengigau berkata kacau, tidak respon kalau diajak bicara dan susah menelan makan. Akhirnya bapak diberi minuman susu dan air tajin. Bapak makin ga doyan. 

   Makin hari kondisinya makin buruk, tensinya drop dan akhirnya bapak dibawa ke ruang perawatan pada hari Senin, 9 Maret 2015. Bapak dipasangi berbagai macam alat di dada, di telunjuk kiri dan tangan kanan diinfus. Bapak juga diberi dopamin untuk menaikkan tekanan darah. Perawat cuma bilang, berdoa ya mbak, siap siap aja. Dan usahakan agar bapaknya ga gerak gerak berlebihan hingga mencabut semua alat seperti yang dilakukan malam-malam sebelumnya. 

   Saat malam-malam sebelumnya karena ga kuat menahan sakit bapak sempat meronta dan melepas sendiri selang infus sehingga darah berceceran di lantai. Aku sampai tidak tidur selama menemani bapak di Rumah sakit. Awal-awal tekanan darah bapak bagus, 2x dokter koas memeriksa kondisinya baik. Tapi setelah dokter koas pulang, tensi bapak naik turun dan kemudian drop. Lampu monitor menyala kadang biru, hijau, kuning. 

   Adikku meminta ijin keluar sebentar cari makan, aku jaga bapak di kamar perawatan itu. Kulihat bapak mulai menggerak-gerakkan tangannya karena gelisah, karena takut bapak cabut semua alat maka kedua jari bapak diikat di tempat tidur. Bapak kembali mengeluarkan keringat dingin berlebihan dan terus mengerang kesakitan. Kuperhatikan tensi bapak menurun drastis kemudian kejang. Aku berlari ke ruang perawat yang ternyata perawatnya sedang tidur. Aku melaporkan kejadian bapak kejang pada perawat tapi dengan santai perawat itu jalan menuju ke ruang perawatan bapak dengan perawat lain. Ketika aku kembali ke ruang perawatan aku kaget luar biasa karena bapakku sudah kaku dan setelah kejang tadi rupanya bapak muntah darah. Perawat datang dan mengelap darah di mulut bapakku kemudian menyatakan bapak sudah tidak tertolong lagi. Aku lemas, nyeri di kedua lengan tanganku syok berat ditinggal bapak, namun aku tidak bisa menangis.

    Adikku kutelepon padahal sedang memesan makan, segera dia kembali ke ruang perawatan dan beberapa kali memanggil-manggil bapak. Aku menghentikannya, sudahlah bapak sudah tiada lagi. Aku tahu adikku lapar jadi kuberikan biskuit agar dia bisa makan seebentar agar kuat. Selasa,10 Maret 2015 dini hari jam 01.30 WIB bapakku berpulang ke Sorga dalam usia 80 tahun. Aku dan adikku terduduk lemas di lantai dan bingung mau apa lagi. Baru saja tadi malam mindahin barang barang keruang perawatan eh pagi ini kami harus segera bawa jenasah bapak pulang ke rumah. 

   Segera pihak perawat menelepon petugas pembawa jenasah dan bapakku dimasukkan ke keranda dan dibawa pulang naik mobil. Dua orang teman gereja datang dan membantu kami memindahkan bapak ke rumah, dan ada beberapa tetangga yang melihat ambulance datang pagi-pagi buta, lalu membantu menurunkan jenasah bapak dari mobil. Semua dilancarkan Tuhan, hati kami diberi keikhklasan dan kedamaian. Jam 12.30 ada upacara pemberangkatan jenasah di rumah kami dan jam 13.00 WIB bapak dimakamkan disamping makam ibu dan nenekku. 

   Selamat jalan bapak, kami sangat kehilanganmu namun kami percaya kematian hanyalah perpisahan sementara, seperti seorang yang bepergian keluar kota, suatu hari kami semua akan bertemu lagi di Sorga dikehidupan selanjutnya. Memang fisik bapak sudah meninggal. Tapi roh bapak tetap hidup dan sudah tenang. Tuhan sudah datang menjemput bapak. Aku tahu hari ini akan datang, dulu aku cemas tapi sekarang aku ikhlas. Ini yang terbaik. Bapakku pulang ke rumah Bapa di Sorga tersenyum. Belum pernah aku melihat bapak tersenyum seperti ini. Sungguh damai, dalam pelukan Tuhan Yesus.

Les Privat Khusus SD di Blora

Moocen Susan | Minggu, Maret 01, 2015 | 8 Comments so far
   Apakah Anda Sibuk, repot, bingung, dan nggak punya waktu menemani buah hati Anda belajar? Kami Solusinya : 


     Susan Bimbel "care to share" hadir di 
Kota Blora, Jawa Tengah.

Mengapa belajar di Susan Bimbel?
   Karena cuma disini putra-putri Anda ajan diajar lebih fokus secara privat sesuai kebutuhan akan penguasaan materi yang kurang di sekolahnya masing-masing. 

     Belajar di Susan Bimbel lebih santai dan fleksibel. Oleh sebab itu doronglah putra-putri anda untuk rajin mengikuti jadwal les kami agar hasil yang didapat memuaskan. Kami peduli berbagi ilmu dengan putra-putri Anda.

Pilihan program : Privat 2x/ minggu
Info selengkapnya contact kami di moocensusan@gmail.com