Laman

  • HOME
  • LOMBA BLOG
  • ARTIKEL
  • TUTORIAL
  • JUAL SUPERGREENFOOD

Pergumulan Makanan dan Rasa Mual di Lambung

Moocen Susan | Rabu, September 13, 2017 | 5 Comments so far
Ada rasa enggan ketika mau keluar rumah di saat perut terasa mual banget. Kalau udah gitu mikire tadi aku abis maem apa ya? Trus mencari-cari si biang kerok penyebab mual. Brambang ga fresh/ brambang kebanyakan, merica, atau ayamnya kurang empuk atau kena lemak meski dikit? 

Hadeuh tersiksa banget kalau mual plus perih pusing, tanda-tanda mo muntah. Oh polip di lambungku apa jadi parah? Emang sih dokter suruh aku endoskopi ulang after 6 bulan. Buat lihat perkembangan polipnya. 

Cuma masalahnya adalah aku itu pake BPJS. Alurnya sangat panjang dan berliku. Ga bisa langsung endos. Harus minta rujukan dulu di faskes 1 buat perpanjangan, lalu periksa ke faskes 2 buat janjian di RS yang bisa endoskopi. Belum lagi perjalanan ke RS itu jauh pula, antri, dibuatin jadwal endoskopi tapi kalau rawat jalan aku ga kuat puasanya. Kalau opname harus antri ada kamar berbulan - bulan dulu baru bisa dijadwalkan endos. Kecuali kalau udah kayak dulu muntah dan BAB darah jadi masuk UGD baru bisa diendos.

Kemarin sempet chat ma pak dokter di Facebook, beliau bilang, ”Kalau kita makan aja dan terutama berlemak maka kandung empedu akan berkontraksi mengeluarkan asam empedu. karena ada polip maka bisa gejala mual.” 

Ga enak juga kalau ampe muntah di jalan dan sendirian. Perlu bawa kresek dan minyak kayu putih? Sering konflik batin kalau mau bepergian sendiri kayak gini padahal butuh belanja. Mo nitip gojek tapi takutnya ga sesuai pilihan, asal comot, sejak aku kena gangguan lambung tuh aku super selektif milih bahan masakan. Beli ini di mana beli itu harus disitu jadi serba rempong dan ribet kalau ga sesuai. 

Emang ribet sih ya gimana lagi urusan perut nih jadi gini takut sakit dan lain-lain. Lagipula kalau order pake gojek lebih mahal kalau ga berangkat sendiri, misal pp aku pake Go Pay cuma abis Rp.8000, kalau dibelanjain pake Go Mart bisa kena ongkos Rp18000. Ya tinggal pilih aja mo buang 10rb plus belanjaan ga sesuai keinginan atau beranikan sendiri berangkat meski mual. Ini butuh perjuangan ekstra. 

Tadi pagi sempet coret-coret catetin apa aja yang bisa kumasak dan kumakan. Saran dokter sih suruh makan kek gini. Sedangkan saran ahli giziku juga ada sebagian yang sama, tapi masalahnya adalah meski sudah disaranin makan dengan menu ini tetep ada aja yang masih belum bisa diterima dengan baik oleh lambungku. Akhirnya harus muntah berjam-jam lagi meski cuma icip satu sendok. Awal hidup sehat memang dimulai dari pencernaan sehat. 

Lha gimana mau sehat kalau makan banyak banget pantangannya? Yang ada mual lemes ga bisa ngapa-ngapain, padahal harus prepare sendiri. Enak kalau ada yang jagain, kayak ibu, suami/ istri, sodara yang pengertian, pembantu yang standby 24 jam, atau suster homecare. But, ini aku alone man. Mungkin hanya kekuatan dari Tuhan yang bisa membuatku bertahan, malaikat yang tak kelihatan yang selalu menemani. 

Kalau aku udah muntah, kira-kira ampir 12 jam baru bisa lega, perut sudah mulai keroncongan, itu baru bisa minum dikit dikit, makan apel dulu. Baru mulai nyuci magic com buat bikin bubur/ nasi lemes. Sambil nunggu bubur mateng, dadar telur dulu kalau udah balik lagi ke kamar buat nungguin semua matang, baru bisa makan. 

Soalnya kalau masih mual dipaksa makan bisa muntah lagi. Mending kalau masih bisa makan jajan di luar. Meski muntah masih bisa nitip beli buryam atau yang lain. But, ini masalahnya no food which i can eat. Lihat menu di Go Food ga ada yang bisa kumakan juga. 

Pernah aku nekat beli mie ayam home made. Tapi aku cuma pesen kuahnya doang ma ayam cincangnya tanpa mie. Driver go food yang pesenin. Katanya yang jual heran. Selama 8th dia buka usaha jual mie baru kali ini ada order semacam ini. Sampe berkali-kali driver Go Food telepon aku bener kagak ini pesennya.

Kebayang ga sih apa bedanya aku dengan orang miskin. Aku punya uang buat beli makan, tapi ga bisa menikmati makanan itu. Sedangkan orang miskin ga punya uang tapi lambungnya bisa terima makanan. Tapi kami berdua sama-sama ga bisa makan enak. 

I hope i can melewati semua ujian ini.Ah indahnya kalau sehat, bisa makan apa saja yang kita mau. Meski menu sederhana asal sehat bisa piknik ke tempat-tempat wisata, happy all the time. Dokter cuma bilang, sabar aja.  Belajar beradaptasi saja kecuali sangat mengganggu harus konsultasi lagi. Seakan no solution kalau ahli gizi bilang makan aja yang bisa dimakan, itu dari sugesti pikiran. Kalau ketauan sakitnya minum obat beres.Bisa makan lagi dengan bebas. Kalau dari pikiran itu sulit.

Ya Tuhan, kalau memang masih Kau ijinkan aku hidup sembuhkanlah hambaMu ini.  Ampuni hambaMu kalau dulu aku kebanyakan makan mie instan dan biskuit coklat. Nyesel pol rasanya. Andai waktu bisa terulang kembali.Oh Noooooo! I was being depresion about my meal.

Pergumulan Penderita Psikosomatis

Moocen Susan | Senin, September 11, 2017 | 3 Comments so far

When you have an INVISIBLE ILLNESS 
it's hard to explain to someone who doesn't have a CLUE 
It's daily STRUGGLE being in PAIN or feeling SICK 
on the INSIDE when you look FINE on the OUTSIDE
and no one doesn't understand
make you seems like a liar about your conditions

Ini tentang rasa. Apa yang dirasakan oleh orang yang sedang sakit psikosomatis dan dyspepsia. Berjuang setiap hari dengan penyakitnya dan tidak ada yang mau mengerti bahkan cenderung menyalahkan dan menghakimi.

Apa yang akan kamu lakukan jika?

Kamu sakit, kamu butuh perhatian orang terdekat namun orang terdekatmu justru marah melihat keadaanmu
Menyalahkan kondisimu ketika kamu muntah, menyalahkan kelemahanmu dan membanting pintu sebagai wujud kemarahannya agar kau tahu betapa dia bosan mendengar keluh kesahmu


Setiap hari berjuang dengan rasa mual yang mendera namun kamu harus tetap kuat untuk menjalani hidup
Bergumul dengan rasa takut yang hebat untuk keluar rumah sendiri tanpa ditemani orang lain
Tiada sahabat, tidak ada yang bisa diharapkan dari orang lain
Benar-benar sendiri
Seakan hanya Tuhan dan kamu sendiri yang paling mengerti keadaanmu

Andai dia tahu apa yang kamu rasakan apakah itu sudah terlambat?
Kamu malas berdebat dengan orang yang tidak mau mengerti
Kamu sudah lelah dengan perjuanganmu melawan sakit
Ditambah lagi harus membuang energi untuk menjelaskan padanya tentang kondisimu

Ya, dia tidak akan pernah mengerti
Bahkan kamu akan dianggap pura-pura/ lebay 


Kamu harus hidup meski hanya bisa makan beberapa menu saja. Kamu harus buktikan bahwa kamu bisa sembuh dan sehat meski harus tertatih-tatih untuk tegak berdiri dihempas sindiran dan cemooh
Kamu rindu pelukan ayah ibu yang sudah berpulang ke rumah Tuhan. Kamu ingat masa-masa kecilmu dimana ketika kamu sakit pelukan itu yang menguatkan dan menyembuhkan
Tapi kini yang tersisa hanyalah kesendirian. Kamu harus bisa menjaga hati agar tidak terluka oleh kata-kata kasar orang terdekatmu
Sehingga kamu tidak menjadi putus asa dan depresi.

Tak adil, sungguh tak adil
Mengapa orang yang merasakan sakit fisik harus mengalami sakit hati juga.
Sedangkan orang yang menyakiti kita seenaknya saja melontarkan kalimat menyakitkan itu


Sabar. Itulah yang akan dikatakan orang lain. Ya, setidaknya itu kata yang akan sering kau dengar


Dalam keputusasaanmu seakan hanya Tuhan yang bisa menolongmu, memberimu kekuatan baru untuk menjadi sehat kembali.
Ini benar-benar ujian hidup yang harus kau lewati

Ah, kiranya suatu saat kau akan melihat pelangi dibalik hujan. Menyambut datangnya cinta yang menyembuhkan dari seorang kekasih.

Maybe, someday... if you believe.